Secara umum masyarakat Aceh terdiri
atas kelompok-kelompok etnik: Aceh Rayeuk, Gayo, Alas, Tamiang, Kluet, Aneuk
Jamee, dan Semeulue. Keenam kelompk etnis ini mendiami daerah masing-masing
yang mereka anggap sebagai tanah leluhurnya. Ditinjau dari sudut geografisnya
etnik Tamiang, Kluet, Aneuk Jamee, dan Semeulue cenderung lebih banyak
menerima unsur-unsur budaya lain karena tinggal di daerah pesisir
pantai pesisir pantai. Sedangkan Rayeuk, Gayo dan Alas mendiamin daerah
pedalaman. Masing-masing etnik tersebut memiliki ciri khas budayanya.
Asal-usul orang Aceh menurut Dada
Meuraxa yang termasuk rumpun bangsa melayu terdiri dari suku-suku Mante,
Lanun, Sakai, Jakun, Senoi, Semang dan lainnya yang berasal dari tanah
semenanjung malaysia. Ditinjau secara etologis mempunyai hubungan dengan
bangsa-bangsa yang pernah hidup di babilonia yang disebut phunisia, dan daerah
antara sungai indus dan gangga yang disebut Dravida (Dada Meuraxa 1974
:12).
Hubungan antara Aceh dengan dubia
melayu juga terjalin dengan akrab. Sultan pertama Negeri Deli, yaitu Gocah
Pahlawan adalah kepercayaan Sultan Aceh untuk memerintah Deli. Menurut
sumber-sumber Gocah Pahlawan berasal dari India (pelzer 1978:3)
Musik
Alat-alat musik tradisional Aceh:
1. Arbab
Arbab(spike Fiddle) Lute berleher
panjang dimainkan dengan cara digesek. Dalam bahasa daerah Arbab disebut Go
Arab. Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat.
Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara rakyat. Terakhir kalinya kesenian ini
dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang. Fungsi
utamanya membawakan melodi
2. Canang kayu
Canang Kayu (Xilofon) bentuk lainnya
adalah canang trieng terbuat dari bambu.
3. Celempong
Celempong adalah alat musik yang
terdiri dari 7 bilah kayu. Kayu yang biasa dipakai untuk membuat celempong ini
adalah kayu Tampu dan Kayu Sengunyung. Celempong dimainkan oleh kaum
wanita. Celempong biasa dimainkan untuk mengiringi tari inai. Lagu-lagu
yang biasa disajikan oleh alat musik ini adalah Cicu mandi, Kuda Lodeng, Buka
Pintu, Nyegok Bubu., dan Cik siti.
4. Bangsi Alas
Kelompok aerofon bangsi alas terbuat
dari bambu dengan panjang sekitar 40 cm, menyerupai rekorder dan berasal dari
pegunungan alas. Pembuatan Bangsi dikaitkan dengan mistik, bangsi dibuat jika
ada orang meninggal dunia di desa kemudian sengaja dihanyutkan disungai dan diikuti
terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak. Stelah itu Bangsi yang
telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan
anak-anak yang mengambilnya.
5. Bebelen
Termasuk kedalam klasifikasi
aerofon. Single Reed dan memiliki lima buah lubang nada dan ujungnya memiliki
bell.
6. Serune Kalee
Serune Kalee merupakan isntrumen
tradisional Aceh. Instrumen Serunee ini banyak ditemukan di daerah Pidie, Aceh
Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Instrumen musik ini dimainkan bersamaan
dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu
kehormatan.
7. Rapai
Rapai terbuat dari bahan dasar
berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya menyerupai rebana, dimainkan dengan
cara memukul, sering dipakai untuk mengiringi tari.
8. Geundrang
Geundrang merupakan instrumen yang
termasuk kedalam klasifikasi membranofon. Gendang barel dua sisi,
dimainkan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang dijumpai
di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan
Aceh Utara.
9. Tambo
Tambo dibuat batang iboh, kulit
sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Gendang silindris satu sisi. Tambo
ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk mengumpulkan masyarakat
ke Meunasah.
10. TaktokTrieng
Taktok Trieng terbuat dari bambu
dijumpai di daerah kabupaten Pidie, Aceh Besar dll.
11. Kecapi Oloh
Alat musik tuber zither yang terbuat
dari bambu.
12.
Gegedem
Alat musik membranofon dari gayo. Gendang
berbentuk barel terdiri dari satu sisi.
13. Repana
Alat musik perkusi dari aceh yang berasal
dari aceh tenggara biasanya digunakan untuk mengiringi tari guwel.
15. Canang
Terdiri dari 5 buah gong kecil. Setiap
instrumen ini dimainkan dengan cara deipegang dan dipukul dengan pemukul.
No comments:
Post a Comment